Kamis, 13 Desember 2018

Post Test Manajemen Kontrol Programming

Pengorganisasian Tim Programming

Cara seorang programmer dalam menangani pekerjaan mereka sangat berpengaruh pada kualitas software yang mereka buat. Alternatifnya, para programmer bisa diorganisasikan sebagai satu kesatuan team. Mereka bekerja untuk periode waktu tertentu untuk menyelesaikan suatu proyek,dimana keputusannya dibicarakan diantara anggotanya. Hal ini sangat bermanfaat bila proyek yang ditangani sangat komplek dan tidak jelas. 

Proses pengembangan, penerapan,dan implementasi dari software, untuk saat ini banyak dilakukan secara team. Dari segi audit, perhatian/tujuan utamanya adalah bahwa manajemen telah memilih struktur team dengan hati-hati dilihat dari segi proyek, tingkat kompleksitasnya, dan tingkat keterlambatan dari jadwal proyek agar kemampuan dan kualitas mereka bisa diorganisasikan dalam bentuk team dimana mereka harus bekerja.

Untuk itu ada 3 struktur team yang digunakan untuk mengorganisasikan para programmer: 
1. Chief Programmer Teams 
2. Adaptives Teams dan 
3. Controlled-Decentralized Teams 

Ketua Tim Programmer (Chief Programmer Team)


Fungsi dan Cirinya : 
Chief Programmer : 
• Bertanggung jawab secara total/penuh untuk sistem dimana team bekerja 
• Harus seorang ahli 
• Seorang programmer yang sangat produktif 
• Bertanggungjawab dalam mendesain, coding, dan mengintegrasikan bagian yang kritis dalam sistem • Memberikan perintah kerja pada bagian back-up dan support programmers. 
Back-up Programmers : 
• Seorang programmer senior yang bertanggungjawab dalam memberikan dukungan penuh pada chief programmer 
• Harus bisa mengambil alih tugas chief programmer setiap saat 
Support Programmers: 
• Diperlukan pada saat proyek besar yang tidak bisa dikerjakan oleh chief programmer dan back-up programmer saja. 
• Menyediakan dukungan 
• Bekerja dalam pembuatan coding dan uji coba modul tingkat rendah ( testing lowerlevel) 
Librarian (penyedia data) : 
• Bertanggungjawab dalam perawatan program production library. 
• Menyediakan input dan mengumpulkan keluaran untuk para programmer, file output dari hasil kompilasi dan ujicoba, mempertahankan agar source code dan object-code library tetap up to date.

Sruktur “ The Chief Programmer team “ ini di desain untuk mengurangi kebutuhan proses informasi antara anggota team dan untuk meningkatkan kapasitas dari proses informasi.

Penyesuaian Tim (Adaptives Teams)


Struktur ini diperuntukan untuk melayani 2 kebutuhan, yaitu: 
1. Keinginan organisasi untuk meningkatkan kualitas program 
2. Memenuhi kebutuhan sosial/ psikologi dari setiap anggota programmer dalam team.

Perbedaan dari struktur ini dengan struktur sebelumnya adalah: 
• Adaptive team tidak punya tigkat otoritas, dimana kepemimpinan dalam team ada di tangan para anggota. 
• Dalam Adaptive team, tugas diberikan pada anggota dari team daripada ditentukan lewat posisi. 
• Adaptive team tidak mempunyai aturan formal librarian (penyedia data) dalam mengkoordinasikan fungsi team. 

Desentraliasi Pengendalian Tim (Controlled-Decentralized Teams) 

Struktur ini mempunyai junior programmer yang akan melaporkan hasil program pada senior programmer, kemudian oleh senior programmer dilaporkan juga pada ketua proyek. Dengan struktur ini,manfaat/keuntungan dari struktur sebelumnya akan didapatkan. 

Keuntungannya : dapat memecahkan masalah yang kompleks, dimana struktur dari grup ini akan memfasillitasi pemecahan masalah. 

Kerugian : strukur ini tidak bisa bekerja dengan baik apabila tugas dari programmer tersebut tidak bisa di bagi-bagi, dan dengan waktu deadline yang sangat ketat.





http://liapsa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.5


Pretest Manajemen Kontrol Programming



           1.      Perencanaan (Planning)

Tugas utama dari manajemen dalam tahap ini adalah untuk memperkirakan kebutuhan besarnya sumber daya (khususnya jam kerja) yang dibutuhkan dalam pengembangan, pengadaan, dan penerapan software. Jika, sebagai contoh, s/w di buat di rumah (in house), manajemen harus berusaha untuk memperkirakan berapa jumlah baris kode (program) yang di ketik atau banyaknya fungsi yang di buat.

Jika suatu software akan dikembangkan dan diimplementasikan secara in-house, manajemen harus memanfaatkan lima teknik perencanaan biaya yang di buat oleh Boehm (1984) sbb :

1.    Algorithmic Models (model algoritma) : model ini akan memperkirakan jumlah sumber daya yang dibutuhkan berdasar pada faktor biaya, sebagai contoh memperkirakan jumlah instruksi yang harus di ketik (di tulis), bahasa pemrograman yang digunakan, dan perubahan pada permintaan kebutuhan. Dengan menggunakan model COCOMO (Boehm’s (1981)).

2.   Expert Judgment (penilaian seorang ahli), seorang ahli dapat memperkirakan kebutuhan sumber daya yang diperlukan dalam proyek / pembuatan program. Menurut penelitian Vicinanza et el’s (1991), seorang ahli dapat menjadi pembuat perkiraan yang lebih baik untuk menentukan sumber daya jika dibanding dengan model algoritma.

3.     Analogy (analogi) : jika proyek software yang sama pernah dibuat, penentuan sumber daya yang dibutuhkan dapat di dasarkan pada pengalaman sebelumnya.

4.  Top-Down Estimation (Perkiraan atas-bawah) : proyek di pecah kedalam beberapa tugas (pekerjaan), dan penentuan sumber daya yang dibutuhkan oleh setiap tugas tersebut baru dibuat.

5.      Bottom-Up Estimation (Perkiraan bawah-atas) : jika tugas-tugas sudah di buat terlebih dahulu, kebutuhan sumber daya untuk masing-masing dapat diperkirakan dan di satukan / dikumpulkan untuk keperluan seluruh kebutuhan proyek.

Selain memperkirakan kebutuhan sumber daya, manajemen juga harus memutuskan ujuan dari keputusan penting yang dibuat selama fase perencanaan seperti :


Pengendalian (Control)

Pada tahap kontrol ini, ada dua tujuan utama yaitu :

1.  Untuk memonitor kemajuan dan beberapa tahap pada siklus hidup s/w agar tidak bertentangan dengan rencana awal.

2.      Mengontrol tugas pengembangan, pengadaan dan implementasi s/w, agar s/w dapat di produksi secara autentik, akurat dan lengkap.

Untuk memonitor agar kontrol tidak bertentangan dengan rencana awal, beberapa teknik dapat digunakan seperti :

a.       Work Breakdown Structures (WBS), dengan teknik ini kita dapat mengidentifikasi tugastugas yang spesifik untuk pengembangan, pengadaan, dan implementasi s/w yang dibutuhkan. (Mc.Leod and Smith 1996).

b.         Gantt Chart, dapat digunakan untuk membantu mengatur tugas (schedule). Teknik ini akan menunjukan kapan tugas harus dimulai dan diselesaikan, tugas apa yang harus dibuat bersama-sama, dan tugas apa yang harus dihasilkan secara serial.


c.     Program Evaluation and review technique (PERT), menunjukan tugas-tugas yang harus diselesaikan, bagaimana hubungannya, kebutuhan sumber daya apa untuk setiap tugastugasnya.

Seorang auditor harus mempunyai dua perhatian khusus pada kendali, pada tahap kontrol ini yaitu :

1.    Auditor harus dapat mengevaluasi apakah fungsi dari aktivitas kontrol dapat diterapkan juga pada software yang berbeda.

2.          Seorang auditor harus dapat mengumpulkan bukti apakah prosedur dari suatu kontrol sudah dijalankan dengan benar dan dapat dipercaya.


2.        Perancangan (Design)


Dalam tahap desain, seorang programmer bertugas untuk menspesifikasikan struktur dan operasi dari program untuk menemukan artikulasi yang dibutuhkan selama tahap proses informasi sistem desain dari pengembangan sistem.

Selama tahap ini, perhatian utama seorang auditor adalah untuk menentukan apakah programmer menggunakan suatu tipe khusus dari pendekatan sistematik untuk desain. Auditor harus mengubah keinginannya berdasarkan beberapa faktor seperti ukuran dan bahan dari suatu program.

Seorang auditor juga dapat memperoleh bukti dari proses desain dengan melakukan interview, observasi, dan review dari dokumentasi. Mereka dapat berkomunikasi dengan programmer, apakah mereka dapat memahami tentang kebutuhan dengan menggunakan pendekatan yang sistematik untuk desain, jika ya, bagaimana menggunakannya.


Auditor juga dapat mengamati apakah programmer menggunakan pendekatan sistematik untuk mendesain program. Mereka juga dapat meninjau dokumentasi program, apakah memiliki struktur chart sebagai bukti programmer menggunakan pendekatan yang sistematik untuk mendesain.


3.    Pengkodean (Coding)

Tahap koding (pengetikan / penulisan program) dilakukan pada saat s/w akan dibuat atau dimodifikasi. Selama tahap ini, programmer akan menulis dan mendokumentasikan source code (program sumber) dalam bahasa pemrograman untuk mengimplementasikan desain program.


Strategi Implementasi modul dan integrase

Tiga strategi utama dari implementasi modul dan integrasi adalah sbb :
1.       Top-Down, strategi ini digunakan jika, modul level atas (high-level modules) dibuat (coding), di test, dan diintegrasikan sebelum modul level bawah (low-level modules). Keuntungannya adalah kesalahan pada modul level atas dapat teridentifikasi lebih dini, kerugiannya adalah pada saat uji coba program akan menemui kesulitan ketika modul level bawah menemukan kesalahan fungsi input-output yang sangat sulit.
2.       Bottom up, strategi ini digunakan jika, modul level bawah di buat (coding), di test, dan diintegrasikan sebelum modul level atas di buat. Keuntungannya adalah modul level rendah yang merupakan operasi yang paling sulit di implementasikan dan diuji terlebih dahulu. Kerugiannya adalah pendekatan ini sangat sulit untuk di teliti seluruh operasinya, sebelum programnya selesai dibuat.
3.      Threads (rangkaian / untaian), strategi ini digunakan jika, keputusan dibuat terlebih dahulu untuk fungsi program yang akan dibuat, kemudian modul yang akan mendukungnya baru dibuat dan kemudian diimplementasikan untuk menghasilkan fungsi yang penting. Keuntungannya adalah fungsi yang paling penting di implementasikan terlebih dahulu. Kerugiannya adalah integrasi dari modul yang berikutnya mungkin akan lebih sulit, jika dibandingkan dengan pendekatan top-down atau bottom-up.

Auditor perlu mencari bukti yang benar dengan cara uji coba oleh manajemen program dalam memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Khususnya pada program yang besar, penggunaan strategi yang salah (jelek) dapat mengakibatkan program yang dihasilkan menjadi kurang berkualitas.

Auditor dapat melakukan wawancara untuk menguji apakah manajemen menggunakan pendekatan sistematik untuk memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Mereka juga dapat menguji dokumentasi program untuk memperoleh bukti tipe strategi yang telah di adopsi (di pilih).

Strategi Coding

Menurut konvensi (kesepakatan) program terstruktur, terdapat tiga dasar struktur utama dalam struktur kontrol yaitu :

1.       Urutan sederhana (simple sequence - SEQUENCE)
2.       Pemilihan dengan seleksi (selection based on a test – IF-THEN-ELSE) dan
3.      Pengulangan kondisi (conditional repetition-DO WHILE)

Jika konvensi pemrograman terstruktur di penuhi, dapat dipastikan bahwa para programmer akan membuat source-code yang tingkat kesalahannya kecil, mudah untuk dimengerti dan mudah untuk dirawat.

Auditor dapat mencari bukti untuk memastikan apakah manajemen programming di jamin di buat oleh programmer mengikuti struktur programming yang telah di sepakati. Mereka dapat melakukan wawancara dengan manager atau programmer tentang tugas dan cara yang dilakukannya dalam membuat program.

Auditor juga dapat mengecek apakah programmer dalam membuat programnya menyediakan fasilitas otomatis sebagai alat bantu untuk mereka. Beberapa tipe penggunaan fasilitas koding otomatis anatara lain :

·   Shorthand preprocessor, memungkinkan programmer untuk menulis kode secara singkat, jugadapat menerjemahkan kode singkat ini dalam sintak yang lebih lengkap, contoh COBOL.
·   Decision-table preprocessor, memindahkan bentuk teks program ke dalam bentuk sourcecodemenggunakan bahasa pengolahan compiler.
·        Copy facility, memungkinkan penggunaan kode secara berulang
·    Editor, yang memungkinkan kode di ciptakan, di format, dan dimodifikasi secara mudah.
·    User-interface management system, memungkinkan desain dari implementasi yang cepat,seperti windows, icons, menus, dan dialog boxes.
·   CASE tools, berisi bermacam-macam fasilitas yang dapat membantu proses koding.

Strategi Dokumentasi
Pedoman untuk menghasilkan dokumentasi yang berkualiatas adalah sbb :
1.  Sediakan petunjuk yang menunjukan proes pembuatan program ke dalam beberapa tahap dankomponen secara keseluruhan dan hubungan antara komponen-komponen tersebut.
2.  Gunakan baris komentar dalam program secara bebas untuk menerangkan jalannya (logika)program.
3.   Beri nama untuk variabel, konstanta tipe, paragraf, modul, dan seksi yang berarti kepada parapembaca source-code program.
4.       Buat lay-out dari source-program sehingga mudah untuk dibaca.
5.      Kelompokan tipe kode yang saling berhubungan.

4.    Pengetesan (Testing)

Materi diberikan pada mata kuliah lain
Tugas Kelompok :
Buat tulisan tentang testing (pengujian) program mencakup :
a. Static analysis test (kel.1)
1.       Desk-checking
2.       Structured walk-throughs
3.      Design and code inspections
b. Dynamic analysis test
1.       Black-box test (kel.2)
2.       White-box test (kel.3)
c. Integration Testing (kel.4)
1.    Top-down test
2.    Bottom-up test
3.    Regression test
d. Validation Test (kel.5)
e. Basis path test (kel.6)
f. Control structure test (kel.7)
g. System test (kel.8)

Buku referensi yang dapat digunakan :
1.    Ron Weber, “Information Systems Control and Audit”, Prentice-Hall,USA., 1999.
2.   Roger S.Pressman, Ph.D, “Software Engineering: A. Practitioner’s approach, fifth edition”, Mc-Graw Hill, USA,2001,

5. Pengoperasian dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance)

Dalam sudut pandang Sistem Audit, perhatian utama pada operasional program adalah agaimana performance program tersebut dapat dimonitor setiap saat. Seseorang harus bertanggung jawab untuk mengidentifikasi apabila program perlu perawatan, kemungkinan lain adalah identifikasi dari kebutuhan perawatan mungkin tidak terjadi. Akibatnya, bisa terjadi kekeliruan pada database program, kegagalan dalam pencapaian keinginan user, atau operasi program tidak efisien.

Mekanisme formal dalam monitoring status operasional program sangat diperlukan, ketika pengguna dari program adalah seluruh anggota organisasi yang terdiri dari berbagai macam latar belakang.

Ada 3 macam tipe dari perawatan (maintenance) yang diperlukan agar program tetap beroperasi :

1.Repair-maintenance-errors, perawatan dengan cara memperbaiki kesalahan.
2.Adaptive maintenance-users needs, perawatan dengan mengadaptasi pada keinginan user.
3.Perfective maintenance, perawatan dengan maksud agar diperoleh program yang sempurna.

Perhatian utama seorang auditor pada fase operation & maintenance adalah untuk memastikan bahwa fase ini berjalan dengan efektif dan pelaporan secara berkala dapat dilakukan, serta proses perawatan bisa di kontrol dengan baik.

Auditor harus bisa mencari bukti bawa manajemen telah meninjau sistem dengan baik dan bertanggungjawab didalam monitoring status dari operasional program. Caranya dengan melakukan interview (wawancara), observasi, tinjauan pada dokumen yang menunjukkan bahwa sistem telah beroperasi dengan baik. Selanjutnya mereka harus fokus pada kualitas dari kontrol proses maintenance.


http://liapsa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.5